PETANI MUDA SIDOMUKTI PANEN SAWI PUTIH ORGANIK
DISKOMINFO-GETASAN : Kelompok tani muda “Citra Muda” di Dusun Sidomukti Desa Kopeng Getasan berhasil membudidayakan tanaman sayuran sawi putih organik. Dilahan seluas kurang lebih seribu meter persegi, mereka meraup keuntungan bersih Rp 7 juta untuk masa tanam dua bulan. Hasil panen sawi putih di lahan yang terletak di tepi jalan raya Kopeng-Magelang ini untuk memenuhi permintaan pasar di Jakarta. “Seminggu kami harus memasok dua ton per minggu. Total lahan yang kami punya sekitar sepuluh hektar cukup untuk memenuhi permintaan itu,” terang Shofyan Adi Cahyono (23) ketua Kelompok tani “Citra Muda” disela-sela acara panen perdana sawi putih, Kamis (17/1) siang.
Panen perdana ditandai dengan pemotongan tanaman sawi putih oleh Wakil Bupati Semarang Ngesti Nugraha. Ikut hadir pada acara itu staf ahli Bupati Semarang Kemasyarakatan dan SDM Heru Purwantoro, Kepala Badan Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Dinas Pertanian Perkebunan Jateng Herawati Prarastiyani, perwakilan Direktorat sayuran dan tanaman obat Kementerian Pertanian RI dan undangan lainnya.
Saat sambutan, Wakil Bupati Ngesti Nugraha mengimbau para petani muda “Citra Muda” untuk terus berkarya. Menurutnya, mereka harus yakin dan tidak malu menjadi petani. “Menjadi petani itu pekerjaan mulia. Sebagai generasi muda jangan malu untuk bertani karena pendapatannya ternyata sangat besar. Ajak warga sekitar untuk ikut menanam tanaman organik yang menguntungkan itu,” katanya.
Wabup juga mengatakan Pemkab Semarang siap membantu mekanisasi pertanian Kelompok “Citra Muda”. Pasalnya selama ini mereka bekerja dengan menggunakan alat tradisional dan bukan mesin.
Ditambahkan oleh Shofyan, selain sawi putih organik, kelompoknya telah membudidayakan sedikitkan 40 jenis tanaman sayuran organik. Diantaranya bayam jepang (horenso), kale atau kubis daun dan tomat hitam. Jenis sayuran itu memiliki nilai jual tinggi dan biasanya dipasarkan di supermarket atau toko khusus sayuran.
Bersama anggota kelompok lainnya, lulusan magister pertanian UKSW Salatiga itu memasarkannya secara online. Beberapa media sosial internet seperti facebook, instagram atau whatsapp dimanfaatkan untuk menawarkan produk sayuran bermutu tinggi itu sejak tahun 2015. Diawal tahun pemasaran, omzet yang diperoleh sekitar Rp 2 juta per bulan. Sekarang, berlipat ganda menjadi lebih dari Rp 100 juta per bulan.
Pembeli sayuran kemasan yang diberi label ‘Sayuran Organik Merbabu” atau SOM dengan cara online tersebar Jakarta, Bogor, Tangerang, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Semarang dan Palangkaraya. “Saat ini semakin banyak orang yang menyukai sayuran organik. Usaha kami juga diawali dengan keprihatinan penggunaan pestisida kimia yang berlebihan saat bertani,” ungkapnya.
Diakuinya, usaha budidaya sayuran organik itu semakin berkembang setelah mendapat bantuan peralatan pembuatan pupuk dan pestisida organik dari BPTPHP Jawa Tengah pada tahun 2018 lalu. Shofyan bersyukur bantuan itu dapat mendongkrak tingkat produksi tanaman sayuran organik kelompoknya.
Sementara itu Kepala BPTPHP Jateng Herawati Prarastiyani mengharapkan kelompok “Citra Muda” untuk segera mengurus sertifikasi produk sayuran organiknya. Sehingga diharapkan dapat memperluas pasar hingga keluar neger. Diterangkannya, sertifikasi produk organik yang dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) penting untuk meyakinkan pasar akan mutu produk organik yang dihasilkan. Meski belum bersertifikat, Herawati mengakui kinerja Internal Control System (ICS) kelompok tani “Citra Muda”. Sehingga banyak pembeli yang percaya akan keunggulan mutu sayuran organiknya. “Biaya sertifikasi produk organik memang agak mahal. Silahkan saja diajukan proposal bantuan ke Pemprov Jateng untuk dibantu pengurusannya,” katanya.(*/junaedi)
Dilihat : 1084 Kali